Aku kenal Peach ni waktu dia jumpa aku nak minta sponsor untuk Annual  Dinner Kolej dia. Peach ni student sebuah IPT kat sini ( alahh…korang  mesti taunya ). She's very nice, body dia memang type yang aku nak telan  jer….tak der ler tinggi sangat. Tapi cute tu yang aku geram tu.. Kena  lak PR dia bagus, aku pun layan elok ler. Dia bagi tau aku dia dancer  kat kolej dia, well anak load lagi, ada Satria sebijik. 
Since  dia jumpa aku nak minta sponsor tu, kitaorang selalu keluar makan-makan.  Masa tu aku dah agak budak ni memang nak kena ni. Gaya sensual dia  memang aku pun tak tahan, beberapa peristiwa yang meyakinkan aku dia  memang dah nak sangat, cuma aku jer yang cool lagi. Tak der ler  lebih-lebih, ayat mesti baik, kontrol dulu , cari waktu yang sesuai kan.  Kena lak company aku setuju lak nak bagi tajaan sikit-sikit…So, aku  ngan dia jadi rapat. 
First time aku main ngan dia masa malam  Dinner kolej dia. Masa tu, aku jadi wakil boss aku, as penaja majlis tu,  so boss aku dijemput ler tapi dia tak dapat pergi ( rezki aku kot).  Sebab Dinner tu dibuat kat hotel kat sini, so aku awal-awal lagi dah  booking satu bilik coz aku dah tekad by hook or by crook aku nak lanyak  si Peach ni. Malam tu aku pergi sorang jer coz Peach pegi dengan  kawan-kawan kolej dia. 
Malam tu Peach duduk semeja dengan aku,  dia dengan baju ketat belahan dada yang menonjolkan bukitnya yang indah  dengan skirt hitam pendek paras paha, menarik…. dan seksi. Dinner tu  habis around 12 o'clock, then lepas semua Vip balik, diorang ada Phase  two lak. ( aku tau, masa aku student pun kitaorang selalu buat dinner  camni) . Lampu-lampu warna warni mula berkelipan, tak berapa lama, suara  musik disco berkumandang dan Dejayy mula berteriak, "Dancing time, guys  !!". Dan beberapa orang mula berjoget, Peach mula pegang dan tarik  tangan aku untuk berjoget. Ternyata hot juga budak ni, gerakan-gerakan  tubuhnya benar-benar meransangkan (memang nak kena main budak ni).  Beberapa kali dua bukitnya yang kental itu digeser dan  digoyang-goyangkan di dadaku dengan sengaja. Lebih kurang 1 jam kita  berjoget, akhirnya kita stop dulu. Kita rest, borak-borak then  minum-minum apa yang patut. 
Kemudian lagunya diganti jadi slow  and romantic. Peach terus tarik aku ke tengah dewan. Pinggang dan  bontotnya membayang dengan indah di saat ia berjalan mendahuluiku.  Nampak garis seluar dalam dan branya membayang dibalik pakaiannya yang  ketat itu. Kurasakan halkumku bergerak menelan ludah. Ketika berada di  tengah dewan kuraih pinggangnya dan ia tersenyum manis sambil meraih  tanganku yang lain dan menggenggamnya, sedangkan tangannya yang lain  bertenggek di bahuku. Kami menari sambil saling bertatap mata, seolah  berusaha menyelami hati masing-masing. 
"Bagai mimpi", bisikku perlahan. 
"Kenapa ?" tanyanya sambil terus menatap wajahku. 
"Seperti mimpi rasanya, menari dengan gadis secantik you". Peach hanya tersenyum. 
Kemudian  Peach melepaskan genggamannya pada tanganku dan meletakkan kedua  tangannya itu lembut di kedua bahuku. Aku pun pindahkan juga tanganku ke  pingganggnya. Kutatap matanya dalam-dalam, kutarik rapat pinggangnya  dengan kedua tanganku hingga bahagian bawah tubuh kami melekat. Tak lama  kemudian Peach merebahkan kepalanya di dada atasku dan memeluk erat  leherku dengan kedua tangannya. Kami menari dengan berpelukan erat,  mukaku merapat pada kepalanya sehingga dapat kuhirup harum bau  rambutnya. Kurasakan sesuatu dari dalam tubuhku bergerak naik, rasa  hangat menjalar di dalam tubuhku, naik ke kepalaku. Api berahi mulai  menguasai otak dan tubuhku. Kedua tanganku bergerak turun dari  pinggangnya menuju ke kedua bontotnya yang padat. Peach tidak bereaksi.  Kami terus menari. 
Semakin lama aku rasakan sesuatu di bahagian  bawah tubuhku semakin lama semakin menegang. Aku sedikit was-was karena  aku yakin Peach boleh merasakan sesuatu yang semakin menunjal-nunjal  perutnya. Tetapi Peach tetap tidak menunjukkan suatu reaksi yang  negatif.(ada can ler ni) . Akhirnya tanganku dengan lembut meramas-ramas  bontotnya. Tak lama kemudian Peach menurunkan kedua tangannya ke  pinggangku, menarik erat pinggangku, sehingga aku merasakan batangku  yang semakin mengeras itu semakin tergesel denagan perutnya di saat kami  bergerak menari. 
Tak tahan lagi kudongakkan wajahnya yang  tersandar di dadaku, Peach hanya menatapku tanpa reaksi, perlahan ku  turunkan wajahku, bibirku mendekati bibirnya, perlahan kukecup bibirnya  dengan ciuman ringan. Kutatap lagi wajahnya, kulihat matanya sedikit  terpejam, kukecup lagi bibirnya, kali ini kubiarkan bibirku menempel  lama sedikit. Bibir Peach bereaksi, kepalanya bergerak sedikit.  Kesempatan itu tak kubiarkan, kucium bibirnya dengan sebuah french kiss  yang dalam, bibir Peach membalas ciumanku dengan hangat, kami saling  mengulum dan melumat bibir kami masing-masing. Kami seakan lupa dengan  sekeliling kami, namun tak ada yang perlu dirisaukan karena suasana  suram seperti ini semua orang tak ambil peduli hal orang lain.  Masing-masing dengan keadaannya sendiri. 
Ciuman kami semakin  erat, perlahan kuselipkan lidahku ke dalam mulutnya mencari lidahnya,  Peach menyambut lidahku dengan gerakan lidah di dalam mulutnya. Perlahan  dengan kemas tapi lembut aku mula meramas-ramas lagi daging bontotnya  yang pejal, sesekali menyelitkan jemariku untuk merasai alur  dibelakangnya dengan tanganku. Peach mengalihkan tangannya dari  pinggangku kembali ke leherku dan menariknya lebih erat lagi. Akhirnya  aku melepaskan tautan bibirku. Peach mengeluh perlahan, aku lihat  matanya semakin terkatup seolah tidak mempedulikan keadaan sekeliling  lagi. Aku cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu  halus dan tanganku mula mencari buah dadanya. Waktu aku mula meramas  lembut buah dadanya, Peach cuma menggeliat senang di pelukanku, dan dia  semakin menggesel-geselkan perutnya ke celah kelangkanmgku. Sesaat  kemudian, dia berbisik, 
"Zack, please . !". 
Perlahan  antara sedar dengan tidak, dalam kesuraman lampu Grand Ballroom  tersebut, dan kelembutan irama romantis yang mendayu aku bawa Peach  keluar sambil memeluk erat pinggangnya. Di dalam lif, aku sandarkan  Peach ke dinding lif yang eksklusif itu, dan sekali lagi aku merapatkan  bibirku ke bibirnya yang lembut. Lidah kami bertaut erat dan sesekali  menyelit antara satu sama lain. Peach memaut erat leherku sementara  tangan kiriku mula bermain di kedua bukitnya kiri dan kanan bergantian.  Aku merasa kedua puncak itu semakin besar dan pejal. Manakala tangan  kananku menjalar di pahanya dan semakin naik ke atas perlahan demi  perlahan dan mengcengkam kemas cipapnya yang dah mula basah itu dengan  erat. Peach mengalihkan bibirnya dari bibirku dan melepaskan keluhan  panjang sambil tangannya semakin erat menarik leherku. 
Sampai di  atas, ku bawa Peach ke bilik dan membaringkannya ke katil sambil tidak  melepaskan bibirku yang bermain di seluruh mukanya. Ku tenung mukanya  dalam-dalam. Macam dah ada Green light, kumasukkan tanganku kedalam  bajunya, kuelus lembut perlahan. Peach tetap diam, matanya  terpejam-pejam. Akhirnya perlahan kulepaskan bajunya, kulihat branya  yang hitam menutupi kedua bukitnya. Kutelengkupkan tanganku pada branya.  Bukitnya yang besar itu kusentuh dan kuraba dengan lembut. Tak puas aku  menyentuh hanya dengan telapak tangan, perlahan kuusap punggung  tanganku pada bukit daging yang terbuka. Kudengar napas Peach semakin  tak teratur dan suhu badannya semakin tinggi. Beberapa lama rabaan itu  kulakukan, kemudian kumasukkan tanganku kedalam bra bagian kanan dan  kukeluarkan pelan-pelan bukitnya. 
Takjub mataku memandang,  indahnyaaa, tak terkatakan dengan kata-kata. Putingnya yang merah jambu  kecoklatan jelas dengan bukitnya yang putih. Dengan lembut kukecup bukit  itu. Kemudian kumasukkan lagi tanganku kedalam bra sebelah kiri dan  kukeluarkan pelan-pelan bukit sebelah kiri. Darahku berdesir,  pemandangan begitu indah, begitu menggoda dan begitu mempesona. Perlahan  kulepaskan branya, ah, aku tak tahan, Kudakap Peach, kucium  bukit-bukitnya yang mengghairahkan itu. Kutempelkan kulitku pada  kulitnya sementara terus kubelai bukit itu, punggung tanganku kugerakkan  melingkari bukit itu kemudian dari puncak bukit ke lembahnya, ganti  berganti. 
Mulanya Peach hanya diam pasrah, tak lama kemudian  kurasakan badannya mulai bergetar-getar, tahu-tahu tangannya memelukku  erat dankemudian menempelkan bukitnya ke wajahku. Ku kulum dengan lembut  puncak bukit Peach. Peach mendesah halus dan getaran badannya semakin  keras kemudian badannya tiba-tiba bergetar lembut dan diam tak bergerak  dengan mata terpejam. Tak lama kemudian Peach membuka matanya, tersenyum  padaku, kemudian mengelus-elus rambutku kemudian mengelus lenganku  bahkan kulit dadaku. Langsung kubuka bajuku, kusentuhkan kulitku dengan  kulitnya, kami sama-sama bertelanjang dada, kurasakan sensasi yang luar  biasa Perlahan kukecup bibirnya, ia membalas, aku pun mulai lagi  menyentuhnya, merabanya dan mengelus seluruh permukaan kulitnya. Tak  terasa tanganku semakin kebawah, akhirnya tanganku mengelus betisnya,  terus mengelus pahanya. 
Tubuhku kemudian bergerak menindihnya,  kedua tangannya bergerak melingkari leherku, kembali kami berdua  berciuman saling melumat bibir. Kuciumi dagunya, kugigit perlahan,  tangan kananku bergerak meremas dengan lembut buah dadanya, bermain-main  dengan tonjolan kecil di atasnya "Ohhhhhh…Zackk.."" Bibirku kemudian  bergerak menelusuri pipinya ke arah telinganya, kucium dengan lembut  cuping telinganya kemudian kujilat belakang telinganya. Peach merintih  lirih, kedua tangannya meramas-ramas punggungku. Bibirku kemudian  bergerak turun menelusuri batang lehernya yang putih mulus itu, dan  terus turun ....turun....mencapai puting susunya, dengan hati-hati  bibirku melumatnya selembut mungkin, karena aku tahu pada bagian inilah  seorang wanita merasakan kenikmatannya yang terawal. Rintihan yang  keluar dari mulutnya semakin mengeras, bibirku kembali bergerak turun,  kini menelusuri perutnya, menjilat pusatnya. 
Kemudian dengan  perlahan kubuka skirtnya. Kutatap wajahnya, matanya terpejam dengan  kepala sedikit mendongak ke samping, kedua tangannya mencengkam kemas  cadar katil. Aku tolak skirtnya ke atas hingga terpampang dengan jelas  di depan mataku keindahan tubuh bahagian bawahnya yang hampir telanjang  itu. Pahanya begitu putih dan mulus, kedua betisnya ditumbuhi bulu-bulu  halus. 
Aku tarik tubuh munggil itu ke hujung katil, aku duduk di  antara kedua kakinya yang kugantungkan di atas kedua pahaku. Kuangkat  kaki kirinya, Peach membuka matanya perlahan-lahan menatapku. Sambil  menatapnya kucium betisnya dan bergerak perlahan menelusuri ke atas, dan  semakin ke atas.... hingga di bagian dalam pahanya, terdengar erangan  dari mulutnya, otot pahanya meregang ...... kugeser tubuhku mukaku tepat  di depan lubang cipapnya . Dan dibalik tipisnya triumph pink  segitiganya, samar-samar kulihat bulu-bulu yang ditrim rapi. Saat kuusap  segitiga tersebut, aku mendengar Peach mendesah, 
"Ohhh, Zack..Pleasee…" 
Aku  tak tahan, skirt Peach kulepaskan. Kuteruskan usapanku, desahan Peach  semakin menjadi, akhirnya kumasukkan tangan kananku ke dalamnya dan  menyentuh bulu-bulu serta lembah yang basah. Kugerakkan tanganku  menyusuri lembah tersebut sehingga menyentuh clitnya, Peach menggeletar  dan menjerit lirih. "Aahhhhhhhhhhhh…" 
Tak puas dengan satu  tangan, penutup tubuh Peach yang terakhir aku buka, Peach mengangkat  punggungnya untuk memudahkan gerakanku. Didepanku terpampang cipapnya  yang indah, rambut halusnya berwarna coklat kehitaman. Dengan ibu jari  dan telunjuk kubuka lembah tersebut, terlihat bibir-bibir berwarna merah  muda. Kemudian tanganku menyusuri bibir-bibir tersebut dengan lembut,  Peach hanya mendesah. Tanganku menelusuri bibir-bibir tersebut kemudian  ke clitnya, tiap kali tanganku menyentuk clitnya Peach hanya menggeletar  dan mendesah. Kulakukan hal ini berulang-ulang bahkan kugunakan kulit  sepanjang lenganku untuk menyusuri bibir tersebut sampai suatu saat  Peach menjadi liar, dia menarik kepalaku dan membenamkannya di cipapnya.  Karena tanganku tidak dapat digunakan sementara darahku sudah  mengelegak, aku menggunakan mulut dan lidahku untuk menyusurinya.  Ternyata Peach semakin menggila sampai kemudian cipapnya banjir, saat  itulah Peach terdiam mengejang. 
Aku tak tahan, kulepaskan  tangannya, kulepaskan seluruh pakaianku, kulepaskan seluar dalamku,  sesuatu yang sudah menegang dari tadi dan berdiri mendongak ke atas  bebas dari sarangnya. Kemudian kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan  tubuhnya, kutempelkan batangku melintang di cipapnyat. Kudakap erat  tubuhnya, tak lama kemudian kurasakan getaran lembut tubuh Peach.  Kukecup lembut bibirnya dan tanganku mulai lagi menelusuri setiap lekuk  liku tubuh Peach. Peach memelukku, dan mulai kurasakan bibir-bibir  cipapnya berdenyut-denyut memamah batangku. Aku diam sejenak untuk  bernafas kemudian kugeser-geserkan batangku pada cipapnya, dia tergetar  dan mulai turut menggerakkan punggungnya, beberapa saat kemudian  kulepaskan ciuman pada bibirnya, kutatap wajahnya.Butir-butir keringat  mulai membasahi wajahnya, warna putih wajahnya sudah menjadi merah muda,  matanya yang sayu menatapku, memancarkan sinar yang khas dari seorang  wanita yang sudah di ambang penyerahan diri ke dalam gelombang samudera  birahi. 
Peach kemudian menarik wajahku dan mencium lembut  bibirku. Sesaat kemudian ia menaikkan kedua lututnya hingga di sisi  pinggangku, kedua tangannya memeluk pinggangku. Dan sesaat kemudian  tanganku bergerak membimbing batangku.... perlahan kudorong hingga  bagian kepalanya menyentuh cipapnyaa.... kutatap wajahnya, sedang  menggigit bibir. Kugoyangkan sedikit menyibak belahan cipapnya ... ia  menahan napas. Ujung kepala batangku kini kurasa sudah berada di tempat  yang tepat, kulepaskan genggaman tanganku ... kudorong perlahan  ...Kukulum mulut Peach rapat. Mata Peach hanya terpejam-pejam dan dari  kerongkonganya terdengar suara yang tidak jelas. Ketika baru kepala  batangku masuk, Peach hanya mencelikkan matanya seakan-akan sukmanya  terbang entah kemana....... 
sori yer...ader call...nanti aku sambung lagi...
Nukilan